Banyak pertanyaan mengenai apakah sudah ada Industri animasi di Indonesia? Sejauh ini jawaban gw adalah “belum ada”. Mengapa? Karena utk bisa disebut industri, dunia animasi Indonesia harus memenuhi beberapa syarat :
- Mampu memproduksi karya sendiri, terlepas dari industri lain
- Karya yang diproduksi harus “laku” secara komersial sehingga hasilnya bisa digunakan untuk menghasilkan karya baru lagi.
- Adanya kontinuitas karya yang terus menerus ada, bukan cuma 1-2 karya dan setelah itu mati
- Secara komersial industri ini harus “profitable” sehingga menarik perhatian investor utk menanamkan modalnya.
Sejauh ini animasi Indonesia belum menjadi sebuah industri yang mandiri. Misalnya pada iklan, sejauh ini animasi hanya menjadi bagian kecil dari Industri periklanan yang ukurannya jauh lebih besar. Artinya animasi sangat bergantung kepada industri periklanan. Kalau industri periklanan runtuh..secara otomatis dunia animasi Indonesia juga akan ikut runtuh.
Memang ada beberapa karya yang telah diproduksi seperti Janus dan Homeland. Sayangnya karya-karya yang dibuat dengan semangat tinggi tersebut belum mendapat tempat di pasar. Tentu kita tidak boleh berputus asa melihat keadaan ini, karena karya-karya tersebut akan adalah tonggak awal bagi upaya yang lebih besar utk membangun industri animasi nantinya.
Dunia animasi dan komik indonesia sudah terkenal dengan jargon “Bikin satu karya, abis itu bubar”. Tentu banyak alasan mengapa itu terjadi. Pertama, dunia animasi dan komik bukanlah dunia yang menjanjikan nilai ekonomis yang layak. Sudah jadi typical bahwa seorang atau sekelompok artist memulai usaha produksi dengan “idealisme” yang tinggi. Setelah berjalan lama tanpa hasil lama-lama orang2x inipun bubar karena tuntutan perut dan tuntutan keluarga. Satu hal lain yang terkenal dari komunitas lokal kita adalah rendahnya konsistensi. Setelah memproduksi satu karya lalu merasa puas dan ingin mencoba hal lainnya. Bisa jadi motivasi membuat karya hanya karena “penasaran” saja, bukan karena adanya hasrat yang menggelora dengan stamina dan konsistensi yang tinggi.
Dunia memang kejam. Kita ini memang salah satu korban dari globalisasi yang tak punya rasa kasihan. Dalam globalisasi hanya ada persaingan murni. Masyarakat kita sudah terbiasa menyaksikan film-film Animasi karya Pixar dan Dreamworks dari Amerika atau karya-karya Japanese Anime yang mempunyai kualitas luar biasa. Sebuah kualitas yang dicapai dari puluhan tahun berproduksi terus menerus.
Penonton juga tidak kenal ampun. Nggak usah lihat animasi deh...lihat saja film lokal...misalnya kita ke bioskop dan di sana ada film “Narnia atau Kingkong” terus di sampingnya ada film Indonesia, mana yang akan kita pilih? Gw yakin kita akan memilih Kingkong, Narnia atau Starwars dibandingkan film Indonesia. Pasar tidak kenal Nasionalisme, yang mereka inginkan hanya “Added Value”. “Kalau gw bayar sama, kelebihan apa yang bisa gw dapatkan dari suatu film”, pikir para penonton. Atau “Kalau dengan duit sama gw bisa nonton Lord of The Ring” ngapain juga gw nonton film Indonesia?
Untuk bisa sukses tentu saja dibutuhkan kualitas karya yang tinggi. Bukan karya yang “sekedar jadi”. Dan membuat animasi bukanlah hal yang mudah, karena dibutuhkan jam kerja yang tinggi, kualitas pekerja dan juga modal yang besar.
Peluang utk menjadi sebuah industri sebenarnya mulai ada di depan mata. Rekan saya Bhiren Ghoose, mantan CEO UTV Toons India pernah mengatakan bahwa utk menjadi sebuah Industri diperlukan 4 tahapan :
- Menjadi tukang jahit (menjalankan project outsourcing dari luar negeri)
- Mulai menjalin usaha co-production bersama-sama partner dari luar negeri
- Akhirnya mengembangkan konten kita sendiri dan menjualnya ke seluruh dunia.
Kenapa bertele-tele seperti itu? Karena untuk menjadi industri tidak mudah. Seorang designer fashion yang sukses bisa saja bermula dari tukang jahit penerima pesanan. Ada rekan yang menyatakan “saya gak mau seperti matahari studio, mereka cuma tukang jahit saja”. Kalau gw merasa hadirnya matahari studio adalah hal yang sangat baik bagi munculnya calon industri animasi Indonesia. Contohnya lihat saja Korea yang awalnya hanya melayani “kerjaan kelas 2” dari Jepang. Namun dengan cepat mereka menjadi raksasa dalam animasi. Bahkan industri online game mereka sudah mengalahkan Jepang.
Jepang pun pada awalnya melayani Amerika utk pembuatan serial animasi 2D di televisi. Kalau masih ingat saat kita kecil kita akan tahu bahwa serial animasi Amerika justru dibuat oleh orang-orang Jepang, dengan kredit tittle yang hampir tidak ada nama Amerikanya sama sekali. Industri komik Philipina juga pada awalnya hanya melayani industri rekannya di Amerika, namun Philipina adalah raksasa besar dalam industri komik dan animasi dunia.
Kembali ke persoalan tukang jahit diatas, kita juga harus melihat fakta bahwa kebanyakan tukang jahit tidak pernah jadi designer, apalagi designer terkenal. Ini yang harus juga kita waspadain. Artinya kita juga tidak boleh punya mentalitas tukang alias cuma mau jadi kuli saja. Kita harus mulai belajar mengenai segi kreatif dari animasi seperti Storytelling, Character design, production Illustration, penyutradaraan, Cinematography hingga storyboarding.
Saat ini sebenarnya mulai banyak potensi utk masuk ke dunia outsourcing, orang-orang luar negeri mulai melirik potensi talent di Indonesia. Ada proyek dari Singapore yang digawangi oleh Infinite Frameworks, ada proyek dari Korea yang bekerjasama dengan Binus, dan Multicomtech yang katanya membuat bisnis dengan partner dari Amerika. Salah satu dari mereka harus bisa sukses..kalau bisa malah tiga-tiganya sukses..karena dengan kesuksesan itu akan terbentuk langkah pertama dari munculnya Industri mandiri, yaitu outsourcing.
Matahari studio mulai melangkah ke tahap kedua, yaitu mengembangkan kontennya sendiri. Saat ini matahari studio telah menyelesaikan game Arcade “
Dino Duel” yang sukses secara komersial.
Menjawab pertanyaan awal dari judul tulisan ini. Berdasarkan pengalaman matahari studio gw meramalkan kita perlu waktu 15 tahun sebelum sukses menjadi Industri animasi yang mandiri. Masing-masing tahap harus kita jalani selama 5 tahun secara konsisten
Apakah anda semua siap masuk ke kancah peperangan ini. Atau malah berfikir 15 tahun terlalu lama untuk kita semua? Jawabannya terserah anda semua