Monday, March 27, 2006
Asyiknya kerja di Batam
Tempat kerja kita di batam, Infinite Frameworks Studios, emang TOP banget deh. Lokasinya itu keren banget. Di pinggir pantai dengan pemandangan ke kolam renang. Terus ada yang namanya ISLAND BAR alias bar yang terletak di atas “pulau kecil”. Tempatnya oke banget. Kalau nafsu bermain anak2x frameworks lagi kumat atau lagi suntuk biasanya kita main2x ke Island Bar.

Oh ya..photo2x di bawah ini semuanya bisa di click utk lihat ukuran aslinya ya.

Bareng Pak Dwito, Executive Chefnya Turi

Island bar juga satu kesatuan dengan JETTY alias dermaga. Dermaga ini menjorok ke laut, dan dari ujung dermaga kita bisa lihat pemandangan di TURI BEACH RESORT yang keren banget. Salah satu hobby anak2x Frameworks adalah berphoto-photo ria. Yang paling getol jadi PHOTO MODEL sih sebenarnya si Dewi, sang production manager yang orangnya paling kartun di frameworks. Dia lincah dan lucu banget deh orangnya...hehehe













----Dewi, Delly, Sigit---------------Delly, Pria Sunsilk














-----------Eko Puteh-------------------Kemal si ganteng











--------Dewi, Adez, Sigit



Kiri ke kanan: Kemal, Eko,Rudy, Delly, Sigit, Edy Sawamura


Adez di tengah2x Jetty

Oh ya, ada lagi kegiatan kita rame2x kalau hari minggu. Biasanya si POPO dari Art Department paling getol ngajakin kita bowling rame2x. Dia tuh paling nafsu bikin skor paling tinggi kalau udah main bowling. Pokoknya kita kemana2x selalu rame2x...seru banget lho.


Popo si Raja bowling














-----------Delly----------------------------Adez
 
posted by Adez at 10:43 AM | Permalink | 0 comments
Tuesday, March 21, 2006
Struktur Perusahaan Animasi Besar
Saat memulai usaha di bidang animasi, gw memulainya dengan pikiran yang sangat naif. Bahwa kita bisa memulai dengan mengerjakan iklan-iklan dan mengumpulkan uang utk membuat film sendiri. Dan jujur aja, ini adalah tipikal pemikiran kebanyakan animator di Indonesia.

Semakin gw berkecimpung di bisnis animasi gw semakin menyadari bahwa cara seperti ini sulit sekali diraih. Tapi ini bukan berarti tidak bisa diraih sama sekali melainkan memang sangat sulit diraih. Belakangan gw semakin menyadari bahwa hampir tidak mungkin mendapatkan duit dari dunia iklan dan mengubahnya menjadi modal film. Terutama karena uang yang didapat dari iklan tidak sepadan dengan pembuatan sebuah film animasi yang memang memerlukan biaya besar.

Mengapa diperlukan modal yang demikian besar hanya utk membuat film animasi? Kalau kita melihat formulasi permodalan film di Hollywood kita akan melihat bahwa biaya pembuatan film hanyalah 50% dari total permodalan, sisa 50%nya lagi adalah biaya promosi dan distribusi. Formulasi ini sudah berhasil puluhan tahun tanpa perubahan. Dan jika kita memulai produksi film tanpa mengikuti formula ini maka film kita akan terancam gagal di pasaran.

Makanya kita sering melihat perusahaan film Indonesia yang menghabiskan seluruh permodalan filmnya hanya utk pembuatan film, lalu kesulitan memasarkan filmnya, sehingga filmnya hancur lebur di pemasaran. Bahkan film animasi hollywood seperti Iron Giant pun mengalami masalah yang sama. Iron Giant disutradarai oleh Brad Bird yang di kemudian hari menyutradarai the Incredibles dari Pixar ini mengalami kegagalan, karena pada saat diluncurkan, Studio mengalami kekurangan dana promosi. Akhirnya mereka harus memilih diantara 2 film animasi, dan film Iron Giant lah yang dikorbankan. Beruntung, meskipun Iron Giant gagal dipasaran, namun karena kualitasnya bagus masih terselamatkan pada saat film ini dirilis di home video (DVD & VCD)

Formulasi 50% produksi dan 50% pemasaran ini kemudian juga digunakan oleh Pixar dan Disney pada saat bekerjasama utk pembuatan film animasi pertama mereka: Toy Story. Pixar memproduksi filmnya dengan biaya sendiri. Sementara Disney melakukan pemasaran. Selebihnya Pixar harus membayar distribution fee sebesar 12,5%. Banyak pihak yang salah sangka dengan mengira bahwa Disney membiayai pembuatan film sepenuhnya. Kenyataannya tidak, saat memulai pun Pixar memang sudah mempunyai modal besar.
Pixar bisa menjadi seperti sekarang pun bermula dengan suntikan modal besar yang memang dimiliki oleh Steve Jobs setelah menjual seluruh sahamnya di Apple. Steve Jobs lah yang memberikan suntikan dana setelah membeli Pixar yang awalnya adalah unit teknis dari Industrial Light & Magic yang dimiliki George Lucas.

Seperti halnya Pixar, Dreamworks Animation juga dulunya adalah perusahaan visual effect yang bernama PDI (Pacific Data images). Begitu menghasilkan karya animasi ANTZ perusahaan ini dibeli oleh Dreamworks SKG yang dimiliki oleh Steven Spielberg, Jeffrey Katzenberg (mantan Vice President Disney), dan David Geffen (dari Geffen Record). Dreamworks adalah contoh lain dari bentu perusahaan animasi berskala besar.

Mengacu kepada fakta diatas, gw beranggapan utk memajukan dunia animasi lokal, kita memang memerlukan 1-2 “investor berani” seperti Steve Jobs yang sejak awal memang datang dengan modal besar. Bukan berarti kita tidak mungkin berhasil dengan membuat animasi dengan struktur perusahaan kecil yang independent, namun bentuk karya dengan permodalan terbatas seperti ini sangat sulit menjawab tantangan pasar. Dengan modal terbatas maka sebuah karya animasi menjadi cenderung asal jadi karena terbatasnya jumlah orang dan terbatasnya waktu produksi. Sialnya pasar sendiri selalu berlaku kejam. Tidak ada istilah NASIONALISME dalam menonton film. Yang ada adalah “gw bayar berapa , gw dapet apa?”

Bentuk perusahaan bermodal besar seperti Pixar atau Dreamworks jugalah yang bisa menjawab tantangan permodalan distribusi dan promosi yang berjumlah 50% ini.

Secara karir pun perusahaan animasi besar menjanjikan harapan yang lebih baik bagi profesi animasi. Karena dengan struktur karir yang berlapis-lapis maka kesempatan membangun karir (arti kasarnya mendapat gaji lebih besar) tentu bisa tercapai. Gw udah sering mendengar keluhan animator seperti “Kok bisa ya orang di agency iklan dapat gaji 30 juta perbulan?”. Tentu saja bisa kalau dia punya anak buah ratusan orang dengan struktur berlapis. Kalau cuma animator atau supervisor dengan anak buah paling banyak 5 orang ya gak mungkin juga lah kita dapet gaji seperti itu. Nah jika ada perusahaan animasi besar dengan jumlah anak buah ratusan dan struktur jabatan yang berlapis, tentu gak heran kalau jabatan executive-nya bisa saja bergaji 20-30 juta perbulannya seperti halnya agency iklan multinational.

Tapi kita gak bisa menunggu satu-dua “investor nekad” bermodal besar utk menanamkan modalnya. Saat ini mungkin baru ada satu dua perusahaan seperti Frameworks Batam yang bisa dibilang punya struktur permodalan ideal. Sisanya mungkin kita yang harus berani. Coba bekerja di luar negeri dan membawa balik permodalan tersebut ke Indonesia (lihat tulisan gw sebelumnya). Tapi utk itu kita musti rela menunggu 5-10 tahun lagi dari sekarang. Tapi kalau umur kita masih muda...kenapa tidak?

On my personal account gw menyatakan salut sama anak2x Indonesia yang kerja di brunei seperti Fandy, Yudhatama, Johannes Kurnia, Rio, dkk yang berani berpetualang ke brunei utk mewujudkan impian. Juga masih banyak temen2x lain yang sekarang bekerja di Aussie dan Amrik. Siapa tahu di tangan2x merekalah masa depan animasi kita akan berkembang. Good luck for all of you guys, I showing my deep respect for my heart. Jangan lupa utk balik ke Indonesia dan membuka perusahaan animasi yang besuuaaar sekaleeeeee.
 
posted by Adez at 3:11 PM | Permalink | 0 comments
Monday, March 20, 2006
Pulau Putri
Hari minggu kemarin, gw jalan-jalan ke Pulau Putri. Awalnya sih gara2x gw lagi bosen berat dengan suasana kerja akhir-akhir ini. Ini gara2x gw orangnya bosenan berat. Gw gak bisa pergi ke tempat2x yang sama terus menerus. Akhirnya gw dan temen2x gw (yang sama2x spontan) pergi jalan2x ke Nongsa Pantai dan makan Seafood di sana. Gw makan kepiting lada hitam, duh tuuuoopp buanggeeeet dah.

Sambil makan di Nongsa Pantai, kami memandang ke pulau yang terletak gak jauh dari Nongsa pantai dan tiba2x tercetus keinginan utk nyebrang ke pulau tersebut. Pulau itu namanya PULAU PUTRI, kecil banget dan diatasnya ada mercu suar. Ongkos per orang ke sana cuma 15 ribu bolak-balik dari Nongsa pantai















Pulau Putri


Uaaaaaahhh...gw seneng banget sih pas sampe sana, pasirnya putih bersih, airnya jernih dan dasar lautnya bisa kelihatan dari dari kapal. Banyak orang2x yang berenang di sana. Gw jadi pengen nyemplung dah. Sayang gw gak bawa celana renang. Tapi lain kali gw pasti nyemplung deh.




















Belagak jadi model di pantai



Pas mendarat di pulau, kita di datangi satu orang agak lenje yang minta iuran kebersihan seribu seorang. Ternyata si lenje yang belakangan kita kenal sebagai Bang Is ini adalah tetangga temen gw di Tanjung Pinang dan dia adalah penjaga mercu suar. Akhirnya kita ngobrol sama bang is dan minta izin naik ke Mercu Suar. Uaaaaaahhh kita beruntung banget karena biasanya orang-orang gak boleh naik ke mercu suar. Akhirnya gw naik dan photo2x di atas sana.



Pemandangannya bagus banget deh. Pantai di seberang lautan terlihat dengan jelas, dan pohon2x kelapa di bawah terlihat begitu menghijau. Terus anginnya di atas kenceng banget deh. Pokoknya suasananya pas banget buat pasangan yang mau belagak romantis huahahaha...




















Pemandangan dari atas mercu suar





















Norak2xan di atas mercu suar


Sayang gw harus segera balik karena janji dengan temen2x Frameworks utk lanjut main bowling di Lucky Plaza. Gw gak pengen balik sih saking senengnya di sana hihihi...tapi temen2x gw juga musti kerja di Turi (masuk jam 3 sore). Ya udah kita balik.

Tapi sebelum balik gw sempet minta izin sama pak Heri yang jaga pulau itu utk bawa anak2x Frameworks dan Turi rame2x ke sana minggu depannya dan nginep di pulau itu sambil berbarbeque ria. Mudah2xan temen2x pada mau (kalau gak mau gw cabut sendirian seperti biasa hehehehe). Yang pasti gw gak sabar deh balik ke pulau itu.

Oh ya, gw masih punya banyak rencana jalan2x ke beberapa tempat :
  • Belakang padang
  • Tanjung Balai Karimun
  • Tanjung Pinang
  • Pulau penyengat
Masih banyak lah tempat asyik yang bisa dikunjungi di Batam.
 
posted by Adez at 9:56 AM | Permalink | 0 comments
Saturday, March 18, 2006
Kita membutuhkan perusahaan besar utk memajukan Animasi Indonesia
Sekarang ini dunia animasi di Indonesia sedang ancur2xan. Kenapa bisa gini. Alasan utamanya adalah karena kelebihan supply dari pada permintaan. Artinya jumlah para pekerja animasi semakin bertambah tetapi kebutuhan animasi di Indonesia tetap gitu2x aja. Menurut perhitungan gw kebutuhan animasi di dalam ph udah bisa dijawab dengan kehadiran perusahaan Post Production seperti Eltra Studio, Pyramid, Mirage, Double Click. Perusahaan animasi yang bisa hidup dengan cukup baik sejauh ini cuma 2 saja, yaitu Geppeto dan Epix. Sisanya mau gak mau harus hidup dari remah-remah yang tidak termakan oleh perusahaan tersebut.

Mengapa bisa terjadi demikian. Tidak lain karena dunia animasi di Indonesia cuma hidup dari pekerjaan yang disebut SHORT FORMAT animation alias animasi berdurasi pendek. Nah pasar paling besar dari SHORT FORMAT adalah iklan.

Bentuk SHORT FORM animation seperti iklan hanya membutuhkan sumber daya yang sedikit. Iklan2x dengan durasi 15-30 detik biasanya bisa dikerjakan hanya oleh 2-7 orang saja dengan pengerjaan antara 1 minggu hingga 1,5 bulan.

Kondisi ini mengakibatkan jenjang karir dalam dunia animasi lokal menjadi pendek. Artinya seorang owner (yang biasanya mantan animator) langsung menjadi kepala bagi animator2x di bawahnya. Pengembangan karir seorang animator menjadi terhambat, karena langkah karir seorang animator hanya menjadi 3 langkah saja: Junior animator, senior animator dan owner.

Semua orang pasti ingin punya kesempatan mengembangkan karirnya. Semua orang tentu ingin pendapatannya bertambah sesuai umur dan pengalaman. Dan pendapatan hanya bisa bertambah jika jenjang karir kita panjang.

Ambil contoh di perusahaan besar seperti Unilever, misalnya kita memulai karir sebagai junior, pada level ini yang dicari adalah pengalaman, jadi orang gak terlalu peduli dengan besarnya gaji, asal bisa hidup saja sudah cukup. Lalu naik menjadi staff tentu gaji bertambah, lalu naik lagi menjadi supervisor, gaji bertambah lagi. Naik menjadi manager, menjadi Direktur, dll...hingga kaya raya hehehe

Nah jenjang karir seperti inilah yang tidak dipunyai dunia animasi lokal. Kalau orang mau naik gaji otomatis dia harus mendirikan perusahaan sendiri. Apalagi animator itu khan termasuk golongan seniman. Golongan seniman adalah orang2x yang mandiri, cenderung egois (maaf ya jangan marah), gak terlalu suka diatur. Akibatnya pikiran utk segera mendirikan perusahaan sendiri menjadi hal yang umum di dunia animasi. Celakanya keinginan ini muncul tanpa didukung pengetahuan dan pengalaman berbisnis cukup.

Akibatnya bertebaranlah para freelancer yang membanjiri lebih dari 70% pasar animasi lokal. Nah para freelancer ini sering mengambil proyek tanpa melakukan perhitungan bisnis yang benar (misalnya memperhitungkan overhead di luar ongkos produksi). Akibatnya perusahaan2x menjadi sulit bersain dengan freelancer yang biasanya menaruh tarif jauh lebih murah dari perusahaan, karena beroperasi secara Independent.

Secara personal gw gak anti dengan freelancer. Gw juga pernah jadi freelancer kok.
Dan kondisi ini juga muncul secara natural, karena lebihnya supply dari permintaan. Cuman kondisi seperti hanya akan memperburuk karir animasi secara keseluruhan. Mengapa? Karena yang terjadi adalah proses banting harga gila2x yang dilakukan oleh semua pihak. Akibatnya banyak perusahaan animasi dan post production yang terpaksa tutup. Akibatnya industri hanya dipenuhi para freelancer yang tidak terikat bentuk apapun.

Kerugian terbesar dari bentuk industri seperti ini adalah terbatasnya kemampuan kita utk mengerjakan hal2x besar seperti film atau game. Karena bentuk2x karya seperti ini membutuhkan jumlah orang yang besar, dan tentu saja membutuhkan modal yang lebih besar dan juga MENTALITAS yang berbeda dengan kondisi sekarang.

Dengan membanjirnya Freelancer, yang terbiasa lepas, akhirnya pada animator akan sulit diikat dalam bentuk korporasi yang memang diperlukan utk menghasilkan sesuatu yang besar. Semua orang sibuk dengan kepentingannya sendiri, sibuk bertengkar satu sama lainnya tanpa ada kesatuan pendapat. Karir juga menjadi terbatas karena pada akhirnya semua orang menyadari bahwa pendapatannya hanya akan mentok di angka tertentu. Kalau sudah gitu semua orang akan rame2x hengkang kaki dari industri ini karena putus asa. Akibatnya semakin terhambatlah perkembangan industri secara keseluruhan.

Nah kondisi inilah yang sekarang terjadi di Indonesia. Inilah jawaban mengapa sampai sekarang kita tidak pernah menghasilkan film animasi yang sukses secara komersial. Inilah mengapa perusahaan animasi banyak yang berhenti di tengah jalan. Dan semua pelakunya mengeluh karena "tidak mendapatkan apa2x"

Utk menjawab masalah ini kita memerlukan lahirnya iklim koorporasi dimana perusahaan2x besar menjadi mercu suar yang menjadi tempat para animator berkiblat. Kita memerlukan perusahaan seperti Pixar, Dreamwork atau Gibli yang melakukan hal2x besar yang mengubah dunia. Perusahaan inilah yang menentukan arah industri dan menentukan standar tertinggi yang bisa dicapai oleh sebuah industri.

Kalau kita lihat di Amerika maka kita akan menemukan bahwa industri dikuasai oleh perusaaan besar yang menguasai 90% pasar. Sementara sisa 10% pasar diisi oleh kalangan independent yang melakukan usaha2x membawa industri ke arah yang lebih baik. Kalangan Independent inilah yang mencari alternatif di luar karya mainstream komersial yang akan mendobrak nilai2x mainstream di masa mendatang. Inilah bentuk balancing yang paling pas dari sebuah industri.

Yang terjadi di Indonesi adalah kebalikannya, dimana lebih dari 70% pelaku adalah kalangan independent, sementara koorporasi berusaha mati-matian utk bertahan. Kita perlu membalik keadaan ini jika benar2x ingin menjawab mimpi kita memajukan industri dan bersaing pada level dunia.

Mau gak mau kita harus berusaha mati2xan menghidupkan bentuk perusahaan besar di Indonesia. Mungkin gak banyak yang sadar kalau hal ini demikian penting. Utk itulah gw sendiri banyak menulis mengenai sisi bisnis dan karir yang gak banyak disadari oleh kalangan Animasi di Indonesia.

Mudah2xan elo gak pusing baca tulisan ini ya (gw sendiri mulai pusing nulisnya). Gw akan tulis secara lebih mendetail mengenai bentuk korporasi perusahaan animasi berskala besar secara mendetail di tulisan berikut

Cheers....adez
 
posted by Adez at 6:54 PM | Permalink | 0 comments
Friday, March 17, 2006
Belajar dari orang IT di India
Mungkin elo2x pernah denger kalau saat ini Industri IT India adalah yang terbesar di DUnia.
Kota seperti Bangalore demikian terkenal sebagai pusat IT dimana hampir semua project outsourching dari Amerika dilakukan di kota ini.

Nah, waktu gw ke acara Asia Animation di Singapore (2 tahun yang lalu) gw sempat kenalan dengan orang India yang bernama Uday. Si Uday ini sempet cerita ke gw gimana awalnya orang2x IT di India bisa membangun Industri IT mereka.

Ternyata semuanya bermula dari orang2x India yang bekerja di Amerika. Ternyata banyak orang India yang bekerja di Amerika sampai menduduki posisi yang tinggi. Banyak dari mereka yang berkedudukan Manager ke atas, lalu kembali ke negaranya.

Pada saat pulang itulah mereka menawarkan kepada bos2x mereka di perusahaan IT Amerika utk memberikan pekerjaan OUTSOURCING mereka kepada orang-orang India karena orang2x India ini telah mempunyai relasi yang baik dengan bos-bos mereka di Amerika, maka tidak sulit bagi mereka utk meyakinkan para bos2x tersebut utk melakukan proses outsourching dari mereka.

Personally, gw merasa kita bisa belajar dari pengalaman tersebut. Kalau kita mau membuat orang2x dari Amerika, Eropa dan Jepang percaya dengan kemampuan Animasi kita, kenapa kita gak kerja aja sekalian di luar negeri. Padahal sekarang kita sering mengeluhkan kondisi animasi di Indonesia yang berjalan di tempat. Daripada mengeluh mungkin ada baiknya kita siap2x membereskan koper dan bekerja di luar negeri.

Kalau kita berkoar2x kemampuan animator kita gak kalah dengan India atau China, ya cara membuktikannya adalah jika kita bisa diterima bekerja di perusahaan Animasi besar di Amerika atau Eropa.

Siapa tahu pada akhirnya kita bisa kembali ke Indonesia sembari membangun perusahaan besar animasi di Indonesia. Dan kita pulang dengan bermodalkan kepercayaan yang kita dapat diluar negeri. Kalau udah gitu pasti gak sulit mendapatkan proyek. Dan langkah ini tentu berguna bagi orang banyak, karena artinya kita bisa memberikan pekerjaan kepada orang banyak.

Gw juga pernah mendengar ttg perusahaan Animasi besar di India, yang bernama UTV Toonz yang didirikan oleh orang India yang pernah bekerja di Disney. UTV Toon ini bukan perusahaan kecil lho, karena jumlah pekerjanya 600 orang.

Jadi siapa nih yang berani ngepak koper dan berangkat kerja ke luar negeri?
 
posted by Adez at 7:12 PM | Permalink | 0 comments
BIKIN ANIMASI SUSAH YA?
Gw sering banget ditanyain.”Dez, apakah orang Indonesia pernah bikin film animasi?”
kok dikit banget sih yang masuk ke TV.

Pertanyaan gini mah sederhana, tapi suer deh jawabannya ribet.
Animasi emang gak gampang dibuat. Kalau kita anggap bikin film LIVE SHOT (yang pake orang gitu loh) sama dengan macan lari, maka bikin film animasi ya paling2x secepat kura2x ngebut atau malah SIPUT ngebut (buset lambat banget)

Kenapa lama? Soalnya semua elemen animasi itu harus diciptakan dari nol. Kalau di film LIVE SHOT, character tinggal diambil dari BINATANG PELEM, di animasi character harus digambar, dibuat patung, dibuat 3D modelnya di computer, di rigging alias dimasukin tulang dan siap digerakin, di kasih texture, bahkan harus digerakkan gambar demi gambar..Buset deh ribet banget.

Lokasi juga gitu. Kita harus buat semuanya dari nol. Semua bermula dari kertas dan harus di buat satu persatu. Singkat kata, semua elemen yang ada di animasi harus diciptakan dari nol.

Alhasil bikin film animasi jadi lamaaaaa...banget....karena lamaaaaa ya jadi mahal banget. Kesimpulan gw selama ini kalau mau sukses di animasi secara komersial gak mungkin kalau gak punya modal.

Terus kalau susah kok orang masih mau bikin animasi sih? Gampang, jawabannya ada dua. Pertama karena umur animasi itu puanjang banget (alias gak bakal ketinggalan jaman). Gak percaya? Elo sadar gak kalau film Cinderella dari Disney yang kita tonton hingga sekarang itu dibuat tahun 1937. Saat itu Indonesia aja belum merdeka khan? Terus film Tom & Jerry yang masih bikin kita ngakak sampe sekarang dibuat tahun 1976. (Beware: gw gak jamin data gw akurat, males dah nulis blog kalau harus baca buku sejarah animasi...hueeek. Pastinya umur film animasi panjang dah)

Artinya keuntungan yang bisa diraup dari pembuatan film animasi itu bisa lama sekali umurnya. Saat film2x LIVE udah kelihatan kuno (alias ketinggalan jaman) film-film animasi masih tetap segar utk ditonton.

Kedua, banyak sekali turunan (Derivative Product istilah kerennya) yang bisa dihasilkan dari Animasi. Dalam animasi yang dijual adalah Characternya. Character terkenal macam DORA the Explorer, atau Sponge BOB atau Mickey mouse bisa dijadikan apa aja, dari Mainan (Action Figure), Tas, sampul buku, buku mewarnai, kaos, hingga Game (Arcade dan Computer). Jadi pendapatan animasi bukan cuma dari filmnya sendiri melainkan dari Licencing dan Merchandizing.

Jadi kalau laku film animasi bisa menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda. Siapa yang masih tergiur utk bikin film animasi?
 
posted by Adez at 1:55 PM | Permalink | 0 comments
Wednesday, March 15, 2006
COMFORT ZONE
Sebagai orang yang melakukan recruitment utk Frameworks gue sreing merasakan kesulitan utk membujuk temen2x CG Artist bekerja di batam. Setelah ngobrol2x gw lihat hambatan terbesar mereka adalah kesulitan meninggalkan COMFORT ZONE yang telah mereka miliki.

COMFORT ZONE terdiri dari beberapa element :
1.Saudara
2.Teman dekat & Sahabat.
3.Kekasih/pacar/anak
4.Lingkungan.

Menyadari hal tersebut, begitu tiba di batam gw langsung mencoba menciptakan COMFORT ZONE gw sendiri. Yang pertama gw lakukan adalah mencari teman sebanyak mungkin. Hari ke tiga gw kerja di Frameworks gw melakukan sesuatu yang kocak. Di tengah2x kantin perusahaan yang dipenuhi sekitar 20-30 orang gw tiba2x berdiri dan berteriak “Halo semua, nama saya Adez, saya kerja di frameworks dan mau kenalan dengan anda semua”. Awalnya sih orang2x pada bengong dulu karena kaget, namun dengan segera mereka mengerumuni gw dan mengenalkan diri mereka masing-masing. Dalam sekejab gw mendapatkan teman2x baru yang berjumlah banyak.

Gw juga berusaha mengucapkan “Hai” ke semua orang, baik gw kenal atau tidak di lingkungan kerja gw. Bahkan gw mencoba memperluasnya ke semua tempat. Kalau ketemu orang di mall yang kelihatan friendly gw langsung ajak kenalan. Alhasil dalam waktu sebulan aja teman2x gw udah bertambah ratusan di Batam.

Kalau temen udah banyak, tentu akan ada beberapa puluh orang yang bisa jadi sahabat, dan 2-3 orang yang bisa dijadikan “saudara”. Dengan segera kita bisa membentuk 2 hal dari COMFORT ZONE yang membuat kita betah tinggal di tempat baru.

Buat elo2x yang masih jomblo. Gak ada salahnya juga kenalan dengan teman berlainan jenis. Beberapa dari mereka mungkin bisa didekati dan bisa menjadi “kekasih”..berarti COMFORT ZONE kita bertambah lagi.

Terakhir..ya gw usahakan menjelajahi batam sebisa mungkin. Gw akan minta tolong temen2x baru gw utk menunjukkan tempat2x baru yang belum pernah gw kunjungi. Dengan segera kita akan segera akrab dengan lingkungan kita.

Cara2x diatas juga gw lakukan di Malaysia dan Singapore. Sampai temen2x malaysia dan singapore gw komentar..kok bisa2xnya elo yang baru di sini punya temen lebih banyak dari gw yang orang asli sini. Gw sih cuma menerangkan kalau sebagai “pendatang” gw cuma berusaha membentuk COMFORT ZONE gw sebisa mungkin sehingga gw nggak terlalu mengalami HOMESICK.

Buat gw sih kesimpulannya adalah gak sulit kok bagi kita utk merantau ke tempat2x jauh seperti BATAM atau bahkan luar negeri sekalipun. Kalau kita terbuka ke pada orang lain, orang lain pun akan terbuka kepada kita.
 
posted by Adez at 9:29 AM | Permalink | 0 comments